Empat Puisi Gunter Eich

 
 
Seperti seorang Robinson Crusoe, kita lahir ke dunia ini tercampak di atas sebuah pulau. Mula-mula kita sangka pulau ini ialah sebuah dunia; mula-mula kita tidak tahu pulau ini ialah sebuah pulau. Hanya apabila kita berlari keluar dari hutan, baru kita menemui laut yang menjadi sempadan. Muhammad Haji Salleh menggambarkan puisi sebagai kata-kata yang jatuh ke laut dan tumbuh menjadi pulau. Tetapi kalau kita berdiri di atas sebuah pulau, bolehkah kita meneropong pulau-pulau lain? Kalau dekat dan berjiran senanglah. Tetapi ada sesetengah pulau terletak jauh daripada pandangan mata. Maka ada waktunya kita perlu bertanya kepada penyair yang telah berkelana dan  menemui pulau-pulau asing di dunia ini.
 
Antaranya ialah Latiff Mohidin. Dia bukan sahaja seorang manusia pengembara, tetapi juga pengembara kata-kata. Kita tahu wilayah atau pulau asing yang paling intim di hati Latiff ialah sastera Jerman. Saya temui baru-baru ini dalam catatannya tentang seorang penyair Jerman bernama Gunter Eich: "Antara penyair Jerman kontemporari yang kuminati termasuklah Gunter Eich. Sajaknya tidak meleret, malah kaku. Tetapi imej yang dibawanya melekat di kepalaku, terutama yang gerun, ngeri itu. Dia berangkat dari suatu realiti, naik ke aras puncak imaginasi, turun ke suatu ekspresi, lalu sampai ke suatu realiti yang hebat bernama puisi."
 
Nah, pujian sebegitu sudah cukup untuk membuat saya meninggalkan pelabuhan dan keluar membaca. Saya kongsikan di sini empat buah puisi Gunter Eich. Sebenarnya sudah menjadi agak klise untuk kata puisi-puisi Latiff mempunyai pengaruh haiku. Kadang-kadang kita terlalu mudah meletakkan label pengaruh pada seorang penulis, padahal pengaruh bukan bersifat menegak mahupun melintang. Pengaruh boleh datang bila-bila masa dan dari mana-mana tanpa sedar, dan kerap kalinya, tanpa perancangan seorang penulis.
 
* * *   

Remote Smallholdings

The ducks and hens
tread the farmyard to a shitty green.
The smallholders are indoors praying.
Plasters crumbles off the walls.

The little stream meanders
through its soggy meadow.
The willow harbors Alexander.
Caesar is in the nettle stone.

The great names of the world
are at large in the beet-fields,
for all that spiders weave,
and the spitz barks at vagrants.

Rats pipe in the cellar,
a line of verse skims in the butterfly light,
the saps of the world learn to circulate,
smoke rises like a fiery poem.


Recipe for Pancakes

Powdered milk from the firm of Harrison Bros, Chicago,
dried egg from Walker's, Merrymaker & Co. of Kingstown,
Alabama,
any flour left unconfiscated by the German camp direction,
and three days' ration of sugar,
when stirred with properly chlorinated water from Father Rhine,
make an excellent pancake batter.
Fry it on a tin lid
in the lard portion for eight men
over a fire of withered grass.
When you then come to eat it,
each man his eighth,
as it melts in the mouth, you will,
for one scrumptious second, sample the delight of a pampered
childhood,
when you snuck into the kitchen to beg for
a spoonful of raw cake mix from the bowl in the time before
Christmas,
or a piece of waffle because it was Sunday afternoon and there were
visitors,
in that fleeting second you will sniff all
the kitchen aromas of childhood, you will have caught
hold of your mother's apron,
oh stove warmth, mother warmth - till you
come round, and you see that your hands are slouch back
to your hole in the ground. Nor are the portions
all alike either, and you have to see to it
that you get your rightful share. 


Quotation from Norway

We continue to think
the grass on the rooftops,
leave the fjords to the left,
partisans of the fog.
Where can you cry
in this country?
The lemmings
have gone into the sea.
The tobacco pouches
of polar explorers
preserve Time
in little crumbs.


Inventory
 
This is my cap,   
this is my overcoat,   
here is my shave kit   
in its linen pouch.   

Some field rations:  
my dish, my tumbler,   
here in the tin-plate   
I’ve scratched my name.   

Scratched it here with this  
precious nail   
I keep concealed   
from coveting eyes.   

In the bread bag I have  
a pair of wool socks   
and a few things that I   
discuss with no one,   

and these form a pillow  
for my head at night.   
Some cardboard lies   
between me and the ground.   

The pencil’s the thing  
I love the most:   
By day it writes verses   
I make up at night.   

This is my notebook,  
this my rain gear,   
this is my towel,   
this is my twine.
 

 

Comments

Popular Posts