Puisi Ted Kooser: Splitting An Order
Puisi-puisi sederhana Ted Kooser selalu membuat saya bahagia. Tidak ada permainan bahasa atau gubahan lirik yang berlebihan. Subjeknya pun dekat dengan kehidupan harian manusia, sesiapa sahaja, dari mana-mana akan boleh membacanya. Di Malaysia mungkin Helmi Rindu contoh paling dekat. Dan seperti Helmi, saya rasa di Amerika Ted Kooser tidaklah disanjung tinggi. Orang tidak membacanya seperti mana orang membaca John Ashbery atau Robert Hass.
Bertolt Brecht pernah kata bahawa karya yang tidak bersikap ialah karya yang menerima status quo. Tapi bukankah memilih kehidupan dan menolak politik juga ialah suatu sikap? Suatu pendirian. Adakah pak cik dalam sajak Ted Kooser ini mempunyai ideologi atau keinginan seksual yang terpendam? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi bukan agenda-agenda tersembunyi itu yang ingin disampaikan oleh sajak ini. Kadang-kadang sepotong sandwich hanya sepotong sandwich.
* * *
maybe an ordinary cold roast beef on whole wheat bread,
no pickles or onion, keeping his shaky hands steady
by placing his forearms firm on the edge of the table
and using both hands, the left to hold the sandwich in place,
and the right to cut it surely, corner to corner,
observing his progress through glasses that moments before
he wiped with his napkin, and then to see him lift half
onto the extra plate that he asked the server to bring,
and then to wait, offering the plate to his wife
while she slowly unrolls her napkin and places her spoon,
her knife, and her fork in their proper places,
then smooths the starched white napkin over her knees
Comments