Cinta Hari-Hari Kurungan (Hari Kelima Belas)


Saya membesar dengan kucing di rumah, tetapi selepas berpindah ke Kuala Lumpur, saya tidak pernah membela kucing. Pertama, sebab rumah lama saya di Ulu Kelang ialah apartmen; saya meragui kemampuan saya untuk menjaga kebersihan rumah dan juga kawasan jiran tetangga. Dan paling penting: isteri saya tidak suka kucing. 

Saya sudah tiga kali menjadi hakim untuk Hadiah Sastera Selangor, dan setiap tahun, pasti ada lebih daripada satu cerpen tentang kucing. Penulis lelaki pulak tu kesemuanya. Kenapa pengarang kita begitu taksub dengan kucing sehingga ada yang tergamak menulis cerpen mengenai seekor kucing berwajah Karl Marx? Pening. 

Media sosial membuktikan bahawa kita sedang hidup dalam zaman di mana kucing adalah selebriti dunia binatang. Hari ini Doraemon tular di media sosial akibat saranan seorang menteri wanita meminta golongan isteri memujuk suami mereka menggunakan suara sebuah robot kucing dari Jepun.   

Adakah sebab itu Afrizal Malna menulis sebuah sajak berjudul "kucing berwarna biru?" Adakah Afrizal sudah nampak bahawa di masa depan jasad seorang wanita kota dan seekor kucing sudah tidak dapat dibezakan? 

* * *

KUCING BERWARNA BIRU, Afrizal Malna

sudah tiga malam ini seekor kucing sakit, selalu 
tidur di depan pintu rumah saya. ia mengeluh
dan mengerang. suaranya seperti keluar dari
rumpun gelap halaman rumah. kadang seperti
mahluk halus yang sedang membuat perjanjian
dengan pohon nangka di halaman rumah saya. 
orang bilang kucing itu kena teluh. saya mencoba
mengusirnya. tetapi kucing itu menatap saya
seperti mata ibu saya. katanya, dirinya adalah
roh saya sendiri yang sedang sakit. ia mohon
agar bisa tidur dalam kamar saya. saya tak tega
mengusir kucing itu. bulu-bulunya seperti ke-
nangan saya pada kasih sayang.

malam berikutnya saya mulai terganggu. keluh-
annya berbau darah. ia mula menginap dalam 
pikiran saya. setiap malam, seperti ada rum-
un gelap dalam diri saya, menyerupai kucing
yang sakit itu. suara gaib di depan pintu. setiap
malam, seperti ada pohon nangka yang berjalan-
jalan dalam tubuh saya, menyerupai kucing yang
mengaku sebagai roh saya yang sedang sakit itu.
akhirnya saya membunuh kucing itu. menjerat
lehernya dengan tali plastik. matanya seperti ke-
matian yang mengetuk kaca jendela.

besok pagi saya temukan mulut, telinga, dan lubang
hidung kucing itu telah mengeluarkan tanah,
berwarna merah. rumput-rumput tumbuh di
atasnya. saya lihat ikan-ikan juga telah berenang
dalam perut dan tengkorak kepalanya. dan se-
seperti seluruh surat kabar, matahari tidak terbit
pagi itu. 

* * *


Tetapi bagaimana kalau kita terlalu awal menghukum Rina Harun? Bagaimana kalau Rina Harun telah menemui kebenaran yang kita tidak pernah tahu atau sangka? Kebenaran daripada seekor kucing. Seperti mana Montaigne menemui kebenaran ketika bermain bersama kucingnya:

"Apabila saya bermain dengan kucing saya, bagaimana saya boleh pasti kalau sebenarnya saya ialah barang permainan kucing saya seperti mana dia ialah barang permainan saya?" Beliau menambah: "Kami menghiburkan antara satu sama lain dengan pelbagai usikan bodoh. Kalau saya ada waktu untuk memberi dan menolak, dia pun sama juga." Ada waktu Montaigne meminjam sudut pandang kucing itu untuk melihat dirinya, dan ada waktu dia memandang dirinya dalam hubungan dengan kucing itu.

Tetapi saya sudah jauh tersasar. Rina Harun bukan bercakap tentang kucing yang sebenar. Rina Harun bercakap tentang robot kucing bernama Doraemon. Tetapi bukankah Doraemon terlalu sempurna untuk menjadi manusia, dan terlalu manusia untuk menjadi seekor kucing? 
 

Comments

Popular Posts