Catatan Kepada Zadie Smith (I)
Zadie Smith |
Membaca cerpen Permission To Enter membuat saya tertanya-tanya tentang hubungan watak yang kamu ciptakan (Keisha Blake dan sahabatnya Leah Hanwell) dengan apa yang kita terima dam ketahui sebagai karakter seorang perempuan. Saya tidak mempersoalkan kebolehan kamu untuk mengarang: percayalah bahasa bukan benda pertama saya perhatikan dalam fiksyen. Okay, mari kita mula.
1) Adakah dengan menulis cerita tentang hidup seorang gadis berkulit gelap di England, kamu fikir, akan memberikan cerita ini nuansa atau flavor fiksyen yang lebih menyakinkan dan realistik?
2) Kenapa mesti nama kedua-dua orang mereka sering ditulis dengan penuh?
3) Dengan menyenaraikan sejumlah tabiat dan minat peribadi - berlari, menari, mandi, menolak kad Valentine di bawah pintu Nathan Bogle, menulis perkataan FUCK di halamam pertama Bible, pergi melihat pelacur, mengintai perempuan menghisap kemaluan kekasihnya di dalam pondok telefon, belajar melakukan moonwalk, dan mencuri ganja dari bilik kakak Keisha - sejauh manakah ia membuat Keisha dan Leah lebih real? Sejauh manakah kita akan lebih yakin yang mereka adalah perempuan? Setiap satu detail itu boleh saja digantikan dengan yang lain.
4) Tulisan cerita kamu ini adalah dalam bentuk fragmen. Mungkin - ini adalah andaian peribadi saya - kamu menyusun demikian kerana kamu melihat karakter manusia sebagai serpihan fragmen. Atau serpihan kata-kata? Saya akan turunkan salah satu fragmen itu:
RABBIT RUN
But she had also privately decided that she was a different kind of believer from her mother, and could survive the occasional anthropological adventure into sin. She returned inside and raided and alarm clock and a calculator for their batteries. She did not employ any mood lighting or soft music or scented candles. She did not take off her clothes. Three minutes later, she'd established several things previously unknown to her: what a vaginal orgasm was; the difference between a clitoral and a vaginal orgasm; and the existence of a viscous material, produced by her body, that she had, afterward, to rinse in the little sink in the corner of the room. She had the dildo for only a couple of weeks but in that time used it regularly, sometimes as much as several times a day, often without washing in between, and always in this businesslike way, as if delegating a task to somebody else.
Kamu membawa naratif sebenarnya keluar dan masuk dari minda Keisha yang kemudian ditukarkan menjadi Natalie. Ia dilakukan secara tidak langsung buat pembaca. Mereka akan sangka perspektif itu ialah perspektif kamu sebagai pengarang (sebagai seorang perempuan); tetapi ia adalah fragmen kesedaran Keisha atau Natalie.
Zadie, adakah begitu seorang perempuan memandang seksualitinya melalui bahasa? Sebagai fragmen. Bagai melihat cermin yang retak.]
Comments