Narator: Bayang yang Tidak Pernah Hilang
Sauron adalah abadi. Walaupun selepas cincin keramatnya lebur di dasar Gunung Puaka, roh Sauron terus menghantui Middle Earth. Yang musnah dan hilang selamanya hanya tubuh beliau. Sauron ialah makhluk dewa Maia yang tidak boleh mati. Tetapi tanpa tubuh untuk berpijak di atas dunia, Sauron bergentayangan dalam kegelapan sambil dimamah oleh kedukaan dan penderitaan rohnya sendiri. Saya kira apabila saya membayangkan narator dalam sebuah teks, saya membayangkan roh puaka ahli sihir bernama Sauron. Beliau berbisik, berkumat-kamit, berbicara dalam bahasa yang asing dengan telinga biasa seorang pembaca. Tetapi siapakah (atau apakah) sebenarnya narator dalam sebuah teks? Di manakah kesetiaan sebenar narator dalam hubungan pengarang, teks, dan pembaca?
Suara yang sedang bercakap dalam blog ini juga suara narator. Adakah suara ini suara saya? Mungkin ya, mungkin tidak. Yang ada hanya gema pada dinding teks. Wayne C. Booth akan sebut suara ini sebagai "diri kedua" pengarang. Tetapi saya tidak menulis dengan kesedaran untuk melahirkan "diri kedua;" narator bukan watak. Narator bukan suara yang bercakap dalam sebuah teks. Narator ialah kesepian di antara dua kata. Narator ialah kebisingan di dalam dinding dan lantai teks yang berlubang.
Gerald Murnane menulis dalam novelnya Inland:
"Each night when I get up from this table, I leave my pages lying wherever they happen to lie. I walk away from this table and I do not look at my pages again until the following afternoon.
I do not look at my pages until afternoon, but I arrive in this room long before midday and I stand for a long time in front of the windows or in front of the spines of books before I look at the pages on the table. And long before I look at the pages on the table, I watch the pages from the side of my eyes.
I have found a way of watching a thing that shows me what I never see when I look at the thing. If I watch a thing from the sides of my eyes, I see in the thing the shape of another thing.
What I see when I watch from the sides of my eyes is the thing I would see if I stood a little way off, in a place where I can never stand for as long as I stand where I am standing. Or what I see when I watch from the sides of my eyes is what another man would see if he looked from a place a little to one side of me.
Watching from sides of my eyes I see a shaft of greenish water rising out of the grass of fields. When I turn and look through my windows I see a row of poplar tress. A man standing a little to the side of me looks through the window in the usual way and sees a column of greenish water.
On some afternoons I look through the windows in the usual way and I see a long pole pointing at the sky. But a man standing a little to the side of me sees the shape of another thing reaching out from the land."
Narator ini bercerita, atau membuat laporan seolah-olah dia adalah Murnane sendiri. Atau dia adalah pelapor yang sedang membuat laporan kepada pengarang bernama Murnane. Tetapi pengarang juga bukan lelaki bernama Gerlad Murnane di kulit buku Inland. Pengarang lebih besar daripada narator dalam petikan di atas. Pengarang adalah bayang Murnane di festival buku. Pengarang adalah bayang Murnane dalam rakaman video wawancara. Pengarang adalah bayang Murnane dalam ulasan akhbar dan majalah mengenai buku-buku Murnane. Pengarang adalah bayang Murnane yang minum bir dalam sebuah kelab sosial di Goroke. Pengarang adalah bayang Murnane yang ketakutan di hadapan ombak yang ganas. Pengarang adalah bayang Murnane yang menunggang kuda-kuda di litar perlumbaan.
Tetapi bayang Murnane bukan pengarang Murnane tanpa ada pengaruh narator-narator dalam buku Murnane. Narator Murnane juga adalah narator kita yang membacanya. Sebelum kita membaca halaman-halaman novel Murnane, saat ia tergeletak di atas meja, Murnane sudah meninggalkan cincin kuasa. Dan malangnya, kita pun tergoda, tanpa menyedari cincin itu hanya tunduk pada seorang yang Maha Agung.
Comments