The Cuban Doctor (Wallace Stevens)
The Cuban Doctor
(sajak Wallace Stevens)
I went to Egypt to escape
The Indian, but the Indian struck
Out of his cloud and from his sky.
This was no worm bred in the moon,
Wriggling far down the phantom air,
And on a comfortable sofa dreamed.
The Indian struck and disappeared.
I knew my enemy was near—I,
Drowsing in summer's sleepiest horn.
Bahayakah menulis puisi? Begitulah menurut Wallace Stevens dalam sajak di atas. Kalau seorang penyair itu tidak berhati-hati, dia akan khayal dimainkan permainan mimpi siangnya ("Drowsing in summer's sleepiest horn"); dia akan terbang ke tempat paling dasar dalam dirinya; dan di sana dia akan diserang oleh imaginasinya. Namun, mimpi tetap sebuah mimpi. Tidak ada penyair yang mati dibunuh mimpinya sendiri. Hanya apabila mimpi itu bertukar menjadi realiti barulah ia memakan kembali nyawa sang pemimpi. Seperti Madame Bovary yang terlalu banyak membaca novel cinta romantik. Menurut Stevens, puisi ialah subjek sebuah puisi: sebuah puisi bukan sekadar membina formula kehidupan melalui baris-barisnya; tetapi ia turut menjadi cermin kepada puisi itu sendiri. Saya membaca Stevens bukan sekadar untuk merasakan kekuatan bahasa dan imaginasinya, tetapi saya ingin belajar metafizika puisi yang secara tak langsung mengajar saya tentang metafizika kehidupan itu sendiri.
Comments