Sajak T. Alias Taib (Tamu)
Tamu
malam masuk melalui jendela tersingkap
membawa talam hitam bersamanya
menawarkanku secangkir kopi pahit
kopi yang kuteguk itu
malam yang kuteguk itu
mengetuk kantukku bertalu-talu
malam keluar melalui jendela menguap
meninggalkan kabut putih buatku
dan fajar sidik di dalam cangkir
pagi menggeliat di mataku
ayam berkokok
sayup-sayup di hatiku
malam masuk melalui jendela tersingkap
membawa talam hitam bersamanya
menawarkanku secangkir kopi pahit
kopi yang kuteguk itu
malam yang kuteguk itu
mengetuk kantukku bertalu-talu
malam keluar melalui jendela menguap
meninggalkan kabut putih buatku
dan fajar sidik di dalam cangkir
pagi menggeliat di mataku
ayam berkokok
sayup-sayup di hatiku
Apakah itu sajak yang bagus? Bagi Acep Zamzam Noor, sajak yang bagus ialah yang apabila dibaca membuat bulu romanya naik. Acep boleh berkawan dengan Emily Dickinson yang turut mempunyai pengalaman hampir sama apabila membaca puisi yang bagus: "If I read a book and it makes my whole body so cold no fire ever can warm me I know that is poetry."
Perasaan sebegini turut saya rasai apabila membaca sajak T. Alias Taib Tamu. Tubuh emosi kita terasa dingin bukan kerana suasana yang dilukiskan oleh T. Alias Taib itu menyeramkan. Kita sebaliknya terpikat dengan gaya bahasanya yang begitu segar. Kehadiran malam ke kamar penyair itu ibarat kehadiran seorang gadis atau muse yang datang menemani kekasihnya lalu dijamu "secangkir kopi pahit" di atas "talam hitam." Apabila diteguknya kopi itu ia bukan sekadar meneguk kopi, tapi juga kekasihnya malam seolah-olah penyair hanya dapat menulis sekiranya malam datang bermain dalam hatinya. Dan di celah-celah permainan itu malam perlulah juga mengetuk kantuknya bertalu-talu agar puisi boleh siap ditulis.
Tetapi, secara ironi di rangkap ketiga, malam ialah kekasih yang cepat bosan dengan ego si penyair yang kerjanya hanya menulis, menulis, dan menulis, sehingga lupa untuk tidur. Sambil menguap, malam "keluar melalui jendela" meninggalkan penyair kita. T. Alias Taib suka sekali melukiskan suasana mengantuk sebegini yang kita turut jumpa dalam sajaknya berjudul Pasar Chow Kit.
Memang, apabila kita sampai ke rangkap terakhir sajak ini mata kita turut rasa seperti hendak menggeliat. Mujurlah ada bunyi ayam berkokok untuk menyedarkan kita. Suara ayam itu barangkali mengingatkan penyair kita kepada kekasihnya malam yang akan datang berkunjung lagi di malam hari apabila dia menulis puisi.
Nyanyian buat muse sering kali menuntut bahasa puisi yang indah daripada penyair supaya si muse datang berkunjung ke kamarnya setiap malam. Dalam hal ini, T. Alias Taib sememangnya seorang pengubah lagu yang hebat.
Perasaan sebegini turut saya rasai apabila membaca sajak T. Alias Taib Tamu. Tubuh emosi kita terasa dingin bukan kerana suasana yang dilukiskan oleh T. Alias Taib itu menyeramkan. Kita sebaliknya terpikat dengan gaya bahasanya yang begitu segar. Kehadiran malam ke kamar penyair itu ibarat kehadiran seorang gadis atau muse yang datang menemani kekasihnya lalu dijamu "secangkir kopi pahit" di atas "talam hitam." Apabila diteguknya kopi itu ia bukan sekadar meneguk kopi, tapi juga kekasihnya malam seolah-olah penyair hanya dapat menulis sekiranya malam datang bermain dalam hatinya. Dan di celah-celah permainan itu malam perlulah juga mengetuk kantuknya bertalu-talu agar puisi boleh siap ditulis.
Tetapi, secara ironi di rangkap ketiga, malam ialah kekasih yang cepat bosan dengan ego si penyair yang kerjanya hanya menulis, menulis, dan menulis, sehingga lupa untuk tidur. Sambil menguap, malam "keluar melalui jendela" meninggalkan penyair kita. T. Alias Taib suka sekali melukiskan suasana mengantuk sebegini yang kita turut jumpa dalam sajaknya berjudul Pasar Chow Kit.
Memang, apabila kita sampai ke rangkap terakhir sajak ini mata kita turut rasa seperti hendak menggeliat. Mujurlah ada bunyi ayam berkokok untuk menyedarkan kita. Suara ayam itu barangkali mengingatkan penyair kita kepada kekasihnya malam yang akan datang berkunjung lagi di malam hari apabila dia menulis puisi.
Nyanyian buat muse sering kali menuntut bahasa puisi yang indah daripada penyair supaya si muse datang berkunjung ke kamarnya setiap malam. Dalam hal ini, T. Alias Taib sememangnya seorang pengubah lagu yang hebat.
Comments