Apabila Perempuan Duduk dan Berpikir
Selamat tahun 2020 pembaca sekalian! Sudah satu dekad saya mengendalikan laman blog ini. Ramai orang saya kenal 10 tahun lalu telah berhenti menggunakan blog. Isteri saya kata saya patut pindah ke laman sesawang rasmi. Tetapi saya terhutang budi banyak kepada blog ini. Walaupun dalam kehidupan sebenar kita sering bertukar kerja dan berpindah rumah, kita akan tetap kembali ke tempat di mana semuanya bermula.
Saya nak memulakan tahun 2020 dengan sebuah puisi oleh penyair Indonesia bernama Cyntha Hariadi. Saya petik sajak ini daripada bukunya Ibu Mendulang Anak Berlari yang mendapat tempat ketiga dalam sayembara Dewan Kesenian Jakarta pada 2015. Sebuah buku puisi boleh selesai dibaca dalam satu kali duduk, namun ia tidak pernah berhenti berbicara dalam diri kita. Setiap kali kita buka semula buku itu, kita akan temui sajak baru berlari-lari dan memanggil-memanggil untuk didengari.
* * *
Duduk dan Berpikir
Ketika seorang perempuan duduk dan berpikir,
debu menjadi taplak meja
kursi dimakan rayap
kamar mandi dihiasi jamur
dapur diserang kawanan semut dan lumut
ulat-ulat berpesta di meja makan
langit-langit disarangi laba-laba
ranjang diselimuti kutu
kamar tidur ditelori nyamuk
teras dan kebun dikuasai ngengat
makanan basi dikerubungi lalat
lantai retak tercium bau mayat
atap rumah digempur kecoa dan tikus
yang berkejar-kejaran dengan anak-anak si perempuan
yang meraung-raung dan kerap tersandung.
Hamba-hamba bawah tanah ini keluar dari sarangnya
(mendahului sang raja)
bersorak untuk perempuan yang sedang duduk dan berpikir
sampai rambutnya beruban emas
matanya memancar kebenaran
di kakinya tak ada lagi surga.
* * *
Ada kebenaran yang melangkaui waktu, usia, negara, bahasa, malah ia melangkaui kematian. Tetapi terdapat juga kebenaran yang hanya mungkin ditulis oleh seorang wanita. Puisi Cyntha Hariadi ternyata membuktikannya. Cyntha menulis apabila perempuan duduk berfikir, "kursi dimakan rayap" dan "lantai retak tercium bau mayat." Bagaimana pula apabila perempuan duduk menulis? Apa yang akan berlaku? Siapa yang akan melihat, siapa yang akan mencatat, siapa yang akan ingat? Sebagai seorang lelaki, sudah tentu, ini bukanlah persoalan yang saya boleh jawab dengan adil.
Comments