Roberto Bolano & Gaya Bahasa


"To have a voice of one's own is a blessing, whether one is a writer, painter, or ventriloquist, but it can lead or perhaps in fact inevitably leads to conformism, flatness, monotony. Every work, Vila-Matas tells us, peering out from the pages of this book [A Home Forever], should be a fresh leap into the void. Whether anyone is watching or not." Tulis Roberto Bolano. (Penulis yang saya baca berulang kali apabila saya rasa makin jauh daripada diri saya.) 

Saya pernah mendengarnya (dan masih mendengarnya). Penulis-penulis lama (dan sesetengah itu tidaklah tua sangat) yang tidak boleh, atau tidak ingin, mengubah gaya bahasa mereka. Barangkali gaya bahasa mereka tidak pernah ditegur atau dipukul dengan kayu baseball oleh pembaca; barangkali mereka sudah sangat selesa dengan gaya bahasa tersebut; barangkali, seperti mana Zadie Smith pernah tulis tentang kepengarangan Truman Capote, jika mereka tanggalkan atau lepaskan gaya penulisan yang telah membolehkan mereka untuk menulis dahulu dan sekarang, mereka akan rasa ditelanjangkan di hadapan pembaca. Dan bukankah kita harus jujur dalam berkarya? Ya, terserah saja. Penulis mana yang tidak jujur ketika membuat kerjanya kan? Namun, kejujuran berkarya selalu akan mengingatkan saya kepada kata-kata Oscar Wilde: "All bad poetry springs from genuine feeling." Wilde ternyata berdrama saja di sini. Tetapi ia selalu membuat saya terfikir panjang... dan sudah tentu, ia turut membuat saya tersenyum.
  

Comments

Popular Posts