Bacaan Pertama The Third Policeman


Ada novel yang bagus; ada novel yang kita menyesal membacanya; ada novel yang kita berhenti membaca dan kemudian kita ulang baca dan berhenti lagi dan berharap kita akan membacanya semula; ada novel kita membaca dengan tidak membacanya; dan ada satu kumpulan novel (setelah lesu dan penat mengharungi semua novel jenis lain) yang kita akan anggap sebagai penemuan. Apa yang kita akan temui? Kematian waktu.

Italo Calvino pernah tulis yang sebuah karya klasik hadir ibarat vakum yang menelan kebisingan semasa ke dalamnya. Sebuah karya klasik mencipta ruang waktu tersendiri dengan menghentikan waktu realiti. Tidak semua novel dapat melakukan ini dengan sempurna. (Ah, apakah sebuah novel yang sempurna?) Saya jarang menemuinya kerana untuk menghentikan waktu, sebuah novel itu harus membuka ruang yang sangat luas, dan apabila kita masuk ke dalamnya, kewujudan kita didefinisikan dan diatur dan dinilai semula secara total oleh dunia novel tersebut. 

Ketika saya pertama kali  menemui novel Machado de Assis, ia menjadi penemuan sangat penting: saya tidak dapat lagi membaca (atau membayangkan diri saya menulis) sebuah novel secara lurus. Atau percaya yang suara seorang narator harus konsisten dan waras. Lebih penting: ia adalah novel serius pertama yang ajar saya untuk tidak menjadi serius.    

Dari satu sudut, kita boleh lihat sejarah penulisan sebagai penemuan seorang penulis dengan penulis yang lain. Bolehkah kita membayangkan adanya Martin Amis tanpa adanya pertemuan Amis dengan Nabokov? Atau pertemuan Ian McEwan dengan John Updike? Atau pertemuan Paul Auster dengan Beckett? 

Saya sudah lama menemui Flann O' Brien beberapa tahun lalu. Novel dalam novel. Itu yang saya akan fikir setiap kali terlintas nama Flann O' Brien. Saya selalu rasa Flann ialah penulis yang genius, tetapi malangnya ingatan saya terhadap Flann sering terhimpit antara  dua tubuh gergasi sastera Ireland iaitu Joyce dan Beckett sehingga saya terlupa dia adalah satu generasi dengan mereka (namun, membaca Flann sekarang membuat kita rasa dia lebih dekat dengan generasi kita). The Third Policeman tidak diterbitkan ketika Flann masih hidup. Dan saya fikir memang patut pun begitu. Ini adalah novel tentang  alam maut. Biar ia terbenam dahulu di dalam kubur supaya apabila generasi kemudian menggalinya keluar, kita mendapat cerita paling terbaik dari dunia di seberang sana. Saya fikir suatu hari nanti The Third Policeman akan kembali masuk ke dalam kubur apabila sastera avant-garde tidak lagi dipandang oleh pembaca. Jadi, sementara ia berada di dunia kita, saya akan belajar menjadi salah seorang pengayuh basikalnya!

(Novel terbaik tahun ini? Ya, setakat sekarang, saya belum bosan mengayuh basikal bersama Flann.) 

 

Comments

Popular Posts