Gratiagusti: Penyair Yang Tidak Boleh Tidur Malam



"Aku sangat mencintai malam," ujar pencerita di permulaan sebuah cerpen karangan Guy de Maupassant. Orang ini merasa lelah dan bosan pada siang hari. Hanya apabila matahari terbenam, dan burung hantu menggelintar di angkasa, dia kembali bertenaga dan melihat malam dengan genangan mata seorang kekasih. Marguerite Duras pernah kata "kemandirian bukan sesuatu yang dicari, ia harus diciptakan." Tetapi Duras bukan seorang pengarang nokturnal, dia bukan seorang pejalan kaki. Dia menulis pun dari dalam sebuah bilik yang menghadap taman dan kolam yang berkaca-kaca airnya. Duras mengambil masa dua puluh tahun nak menggambarkan pemandangan di luar jendela biliknya. Terlalu lama menurut saya. Kegilaan ini tidak mungkin berlaku kepada seorang pejalan kaki. Daripada terkurung di dalam bilik, lebih baik keluar malam dan berjalan ke mana-mana seperti pencerita Maupassant.

Gratiagusti Chananya Rompas ialah penyair muda dari Indonesia yang mungkin pernah atau tidak pernah berjalan malam di sekitar kota Paris. Tetapi Gratiagusti dan Maupassant mempunyai satu persamaan jelas: mereka ada semacam kegilaan pada tiang lampu.

Lihat Gratiagusti menulis dalam sajaknya: "kota ini merekam sejarah di tiang-tiang listrik."

Lihat pula Maupassant dengan deskripsi jauh lebih panjang dan meleleh-leleh liriknya (saya langsung petik versi terjemahan Inggeris): "The electric bulbs, like pale dazzling moons, like eggs from the moon, fallen from heaven, like monstrous living pearls, caused the streaks of gaslight, filthy, ugly gaslight and the garlands of colored, lighted glasses to grow pale beneath their pearly, and regal light."

Ia seolah-olah Gratiagusti dan Maupassant hanya boleh menulis dengan menjadi kelkatu yang menyalibkan sayap pada kaca bola lampu. Lihat pula kali ini Gratiagusti menggambarkan tiang lampu dalam sajak berjudul "Membelah Aspal Di Bawah Langit Malam."

tiba-tiba aku berhenti
berdiri di tengah jalan
lampu-lampu beterbangan
melesat
diam
diam
lampu lalu lintas berganti warna
kuning merah hijau
lalu hitam menja-
di bola mata-
mu

Mata yang melihat siang ialah mata yang tunduk kepada silau dan order makna. Tetapi mata yang melihat malam ialah mata yang menelan warna dan silau dan membiarkan makna menjadi kaos dan sepi. Matanya ialah mata yang berjalan dan mata yang memburu bayang sebuah kota. Barangkali ia akan mengingatkan kita kepada mata hantu Jake Gyllenhaal dalam filem Nightcrawler dan kalimat pertamanya kepada penonton: "I'm lost."

Judul buku Gratiagusti ialah Non-Spesifik dan ia melanjutkan sejarah penulisan nokturnal yang sudah sangat sinonim (mungkin terlalu sinonim) dengan puisi Indonesia. Siapa boleh lupa sajak Toto Sudarto Bachtiar dan "gadis kecil berkaleng kecil" yang dikejar penyair ke bawah jambatan? Malah di sajak lain Toto pernah bertanya, "Dimana berakhirnya mata seorang penyair?" Jawapan Toto ialah kuburan. Dunia sebelum tidur. Gratiagusti juga bermain di dunia sama, tetapi ternyata dia bukan seorang Chairil yang takut kepada kegelapan dan cakaran ranting pada kaca jendela. Dia keluar berjalan ke tengah kota. Dia tidak boleh tidur bukan kerana matanya sedang berjaga. Dia tidak boleh tidur kerana dia tidak tahu matanya sedang bermimpi. 

Justeru Jakarta menjadi semacam dunia kubur Pedro Paramo di mana seorang penyair boleh berjalan dan mengumpulkan kata-kata yang hanya tinggal cengkerang tanpa makna. Malam akan membawa penyair ke mana-mana kerana "ke mana mana seringkali bukan pilihan." Di kota ini kata ialah mayat mutan yang bergetah. Penyair memijak kata demi kata sehingga langkahnya sendiri menjadi berat: mobil, gerbang, rumah, pohon, reklame, sepeda, warung, kerikil, dinding, lumut, gang, aspal, anjing, hantu, kucing, babi panggang, neon, petromaks, gitar, teh es, kopi. Apakah ini bayang runtuhan sebuah kota Jakarta atau bayang runtuhan mimpi seorang penyair?

Gratiagusti menulis dalam satu sajak turis adalah hantu kerana hanya turis akan "gentayangan dari satu tempat ke tempat yang lain." Kita juga adalah hantu dalam sajak-sajak Gratiagusti. Mimpi kita ialah mimpi yang non-spesifik.   

     

Comments

Popular Posts